Rabu, 27 Maret 2013

Mumifikasi Berusia 2400 Tahun dihancurkan

Bertolak belakang dengan laporan yang ditulis sejarawan Yunani ternama, Herodotus, Mesir kuno kemungkinan tidak menyingkirkan usus mumi dengan minyak cedar dari anus, seperti yang ditemukan dalam penelitian terbaru mengenai mumifikasi. Para pembalsem kuno juga tidak selalu meninggalkan jantung si mumi pada tempatnya, menurut para penelitinya. Temuan itu, dipublikasikan dalam HOMO – Journal of Comparative Human Biology edisi Februari, dihasilkan setelah menganalisa 150 mumi dari peradaban kuno.

Sejarah mumi Di abad 5SM, Herodotus sang bapak sejarah dapat melihat proses mumifikasi Mesir. Pembalseman adalah bisnis yang sengit, dan trik pembalseman dijaga kerahasiaannya, kata salah seorang penulis penelitian Andrew Wade, antropolog di University of Western Ontario.

Herodotus menggambarkan beberapa tingkatan pembalseman: Kaum elit, menurutnya, dibedah perutnya dan organ dalamnya diambil, kata Wade. Untuk kelas yang lebih rendah, organ mumi dihancurkan dengan minyak cedar yang dimasukan dari anus, yang diduga sama dengan terpentin, seperti yang dinyatakan Herodotus. Sebagai tambahan, Herodotus menulis bahwa otak disingkirkan selama proses pembalseman dan catatan lainnya menyatakan bahwa jantung mumi tetap dibiarkan.
“Banyak catatannya terdengar menyerupai kisah turis, sehingga kami segan untuk menanggapi semua yang dikatakannya secara serius,” kata Wake kepada LiveScience.

Kisah mumi Untuk mengetahui apakah pembedahan untuk pengambilan organ tersebut benar-benar terjadi, Wade dan rekannya Andrew Nelson berpatokan pada catatan literatur, untuk mengetahui bagaimana 150 mumi dibalsem selama ribuan tahun di Mesir kuno. Mereka juga melakukan pemindaian CT dan rekonstruksi 3D pada tujuh mumi. Timnya menemukan bahwa orang kaya dan miskin pada umumnya dibedah perutnya, meski untuk kaum elit pembedahan untuk pengambilan organ terkadang dilakukan melalui pembedahan anus. Sebagai tambahan, tidak banyak petunjuk yang memperlihatkan penggunaan minyak cedar. Hanya seperempat mumi yang masih memiliki jantung. Pengambilan jantung tampaknya dilakukan bersamaan dengan masa transisi saat masyarakat kelas menengah memiliki akses untuk melakukan mumifikasi, jadi meninggalkan jantung bisa menjadi simbol status, seperti yang dikatakan Wade.
“Kaum elit memerlukan cara untuk membedakan diri mereka dari rakyatnya,” katanya.
Dan, meski Herodotus menyatakan bahwa otak mumi diambil dan dibuang, Wade dan rekannya menemukan bahwa sekitar seperlima otak mumi dibiarkan di dalam tengkorak. Hampir sebagian yang lain ditarik dari hidung, tim Wade menjelaskan hal itu dalam penelitian lainnya yang dipublikasikan di jurnal yang sama edisi Agustus 2011. Setelah isi tubuh dikeluarkan, tubuh dibaluri dengan antiseptik sederhana seperti tuak. Mumi-mumi itu juga dibaluri dengan paket natron, sejenis garam alami, lalu dibiarkan mengering selama beberapa hari, dan dibalut dengan kain linen atau serat kulit kayu, dan terkadang diberi wewangian, seperti yang dikatakan Wade.

Tradisi yang beragam Temuan itu memperlihatkan betapa beragamnya teknik pembalseman di peradaban kuno, kata David Hunt, seorang antropolog fisik di Smithsonian Institution di Washington, D.C.
“Banyak orang yang beranggapan bahwa proses pembalseman serupa, tapi apakah proses itu tetap sama selama 3.000 tahun? Tentu saja tidak,” kata Hunt kepada LiveScience. “Kita tahu bahwa orang-orang di Sudan tidak mengikuti pola pembalseman yang sama dengan orang-orang di Alexandria.

Related Posts

Mumifikasi Berusia 2400 Tahun dihancurkan
4/ 5
Oleh